Pewarta: Eko Setyo Atmojo – Biro Klaten
Editor: Semar Bagong
Klaten. Ada yang berbeda pada Selasa pagi, 12 Agustus 2025. Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Klaten tidak sibuk di ruang rapat, tidak juga berdebat di mimbar. Kali ini, mereka memilih berjalan bersama menuju keheningan—ziarah kubur ke tiga tokoh besar MUI Klaten: KH. DQ. Mochtar, KH. Marwan Cholil, dan H. Waseno.
Acara ini adalah bagian dari perayaan Milad ke-50 MUI Klaten. Tapi jangan salah, ini bukan pesta kue ulang tahun, melainkan pesta doa dan silaturahmi. Para pengurus MUI datang tidak sendirian—keluarga para tokoh yang diziarahi pun hadir, menjadikan suasana penuh kekhidmatan dan kehangatan.
Hj. Iies Agustien, putri dari KH. Marwan Cholil, tampak terharu. “Kami sekeluarga berterima kasih dan menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya atas acara ini,” ucapnya sambil mengenang ayahandanya sebagai sosok teduh yang membawa kesejukan, bahkan dalam lintas perbedaan agama.
Semar Bagong Berkomentar:
Ziarah ini ibarat jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Bukan sekadar mengunjungi makam, tapi menyambung napas perjuangan yang sudah ditanam para pendahulu. Kalau kata orang Jawa, “Sopo sing eling lan waspada, bakal slamet nganti tuwa.”
MUI Klaten melalui kegiatan ini ingin menegaskan bahwa mengenang jasa para tokoh bukan hanya kewajiban sejarah, tapi juga vitamin rohani agar generasi penerus tetap punya akar yang kuat. Apalagi di usia setengah abad, MUI Klaten tentu ingin langkahnya makin mantap—bukan goyang karena lupa asal-usul.
Pesan Moral ala Bagong:
Kalau kita masih bisa mengingat dan mendoakan orang yang sudah mendahului, itu tandanya hati kita belum beku. Dan hati yang hangat, insyaallah akan menuntun kita membuat keputusan yang baik—baik di dunia maupun kelak di akhirat.