(Eko Setyo – Disunting Gareng Petruk)
Klaten – Di tengah dunia yang makin modern—di mana anak muda lebih hapal nama-nama skin care daripada nama jenis padi—Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Manunggal Tani di Kecamatan Trucuk, Klaten, bikin gebrakan.
Bukan gebrakan TikTok atau dance challenge, tapi gebrakan magang pelatihan untuk 60 petani lintas generasi: dari yang rambutnya masih basah kena pomade sampai yang sudah basah kena minyak urut.
Pesertanya berasal dari tiga kecamatan: Trucuk, Pedan, dan Bayat. Katanya sih mereka antusias. Ya, jelas antusias, soalnya pelatihannya bukan cuma duduk di kelas dengerin ceramah, tapi juga praktek langsung: bikin pupuk organik (padat dan cair), belajar obat hayati, ngenalin biosaka, trichoderma, biferia, sampai melatih burung hantu buat jadi satpam sawah.
“Materi tiap hari beda, jadi nggak jenuh. Petani tua semangat, petani muda juga responsif,” ujar Maryanto, Ketua P4S Manunggal Tani, sambil tersenyum yakin. Dalam hati mungkin beliau mikir: daripada petani mudanya responsif sama notifikasi Instagram, mending responsif sama pupuk organik.
Bayu, 24 tahun, salah satu petani muda, bilang kalau dia mau nyerap ilmunya buat diterapkan di lahannya.
“Semoga hasilnya lebih baik,” kata Bayu. Harapan yang sederhana tapi kadang lebih mulia daripada politisi yang harapannya “lebih baik” untuk rekening pribadinya.

Yang bikin acara ini pecah adalah pelatihan burung hantu. Burungnya bukan buat di-viral-in di medsos, tapi buat ngusir tikus. Karena tikus sawah memang butuh lawan sepadan. Kalau tikus politik? Nah… itu kayaknya butuh burung garuda sekalian.
Pelatihan ini digelar 12 hari penuh, dan harapannya, setelah selesai, para petani bukan cuma dapat ilmu, tapi bisa nyebarin ilmunya ke tetangga. Kalau ilmunya tersebar, kualitas hasil pertanian naik, dompet petani tebal, dan rakyat senyum. Siapa tahu nanti anak muda nggak malu lagi bilang, “Cita-cita saya… petani!”
Karena, kata Petruk, petani itu ujung tombak perut bangsa. Kalau petaninya sejahtera, rakyat kenyang. Kalau petaninya merana… ya siap-siap makan berita doang.
