Pewarta: Eko TW
Biro: Jakarta
Editor: Semar Bagong Jatim
JAKARTA, semarbagong – Kata Semar, jadi nomor satu itu memang membanggakan… asal bukan di daftar tunggu sidang atau daftar tamu kantor polisi. Tapi kali ini, nomor satu punya makna lain bagi almarhumah Rachmawati Soekarnoputri, putri Bung Karno sekaligus pendiri Universitas Bung Karno.
Nama beliau ada di urutan teratas “Syahganda’s List” — daftar 178 orang tapol-napol era Presiden Jokowi, disusun oleh Syahganda Nainggolan dan kawan-kawan. Isinya dibagi jadi enam klaster: mulai dari tuduhan makar, pembungkaman aktivis, penolakan hasil pemilu, sampai kritik IKN dan penolakan komunisme. Singkatnya, ini daftar “orang-orang yang pernah bikin pusing pemerintah.”
Menurut Syahganda, daftar ini diminta oleh Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad agar bisa diusulkan untuk dapat amnesti, abolisi, atau rehabilitasi — singkatnya, dibersihkan namanya dan dilepaskan dari status hukum yang menggantung. Wacananya makin santer setelah Presiden Prabowo mengampuni Tom Lembong dan menghentikan proses hukum Hasto Kristiyanto.
Teguh Santosa, mantan wakil rektor UBK sekaligus jubir Rachmawati, langsung mengucap syukur.
“Alhamdulillah, sudah sepantasnya nama baik Mbak Rachma dipulihkan. Tuduhan makar itu tidak pernah terbukti, bahkan tidak pernah sampai pengadilan,” ujarnya.
Semar mengangguk-angguk, sambil nyeletuk: “Kalau tuduhan hanya nyangkut di penyidikan, itu ibarat hujan yang cuma rintik di atap—basahnya nggak sampai bawah, tapi bunyinya bikin resah.”
Rachmawati pernah ditangkap pada 2 Desember 2016 pagi di rumahnya di Jatipadang, Jakarta Selatan. Dalam kondisi duduk di kursi roda bersama suaminya Benny Soemarno, beliau dibawa ke Mako Brimob Kelapa Dua. Malamnya dilepaskan, lalu pemeriksaan selanjutnya dilakukan di rumah karena kondisi kesehatan.
Teguh berharap Dasco bisa menyampaikan ini langsung ke Presiden Prabowo. “Jasa Mbak Rachma untuk pendidikan, politik, dan demokrasi besar sekali. Beliau bahkan sejak 2014 menjadi wakil ketua umum Partai Gerindra. Tuduhan makar itu, sekali lagi, tak pernah terbukti,” tegasnya.
Bagong pun menutup sambil senyum:
“Semoga ini bukan sekadar daftar di kertas. Kalau benar nama baik dipulihkan, itu berarti sejarah kita kembali punya warna yang lebih adil… dan rakyat bisa bilang: ‘Akhirnya, yang benar kembali jadi juara satu.’”